Menurut
Al Istanbuli (2006) ada beberapa hal yang harus kita ketahui dan pahami
mengenai dunia anak, yaitu:
1. Segala sesuatu
di dunia ini muncul dari Sang Maha Pencipta dalam keadaan baik. Kebaikan
itu kemudian mengalami kerusakan dan distorsi akibat ulah tangan-tangan
manusia. Begitu juga dengan anak. Mereka semua terlahir dalam kondisi baik.
Apabila kondisi baik itu berubah menjadi buruk, itu juga akibat ulah
tangan-tangan manusia yang berada di sekitarnya.
2. Pada diri anak hanya terdapat unsur-unsur kebaikan dan
unsur-unsur keburukan. Salah satu dari kedua jenis unsur itu akan muncul lebih
dominan sesuai dengan pengaruh lingkungan social, pengaruh lingkungan keluarga,
dan pengaruh-pengaruh lain.
3. Anak kecil berbuat buruk karena
pikirannya belum dapat membedakan baik dan buruk. Ia belum memahami konsekuensi
perbuatannya. Bila ia menyiksa burung kecil dan gembira melihat penderitaan
burung tadi, itu karena ia sama sekali belum memahami makna kasih sayang. Ia juga
tidak tahu apakah burung tadi kesakitan atau tidak. Adapun segala keburukan
yang ia perbuat selanjutnya disebabkan oleh bobroknya pendidikan dan rusaknya
masyarakat. Bukti hal ini adalah adanya keburukan tertentu pada sebagian anak
dan adanya keburukan lain pada sebagian anak lainnya. Ada anak yang penakut,
ada anak yang pemberontak, ada yang pendengki, dan ada yang serakah. Seandainya
mereka sudah terlahir dengan perangai buruk, niscaya seluruh perangai buruk
mereka akan sama.
Seluruh anak tidak bisa
diperlakukan sama. Cara berinteraksi dengan anak yang satu tentu berbeda dengan
cara interaksi dengan anak lainnya termasuk dalam pendidikan. Cara menangani
anak harus disesuaikan dengan tabiat, sifat, usia, dan lingkungannya.
Ada orangtua yang mencela anaknya
karena tidak sama dengan anak-anaknya yang lain dari segi bakat dan minat.
Mereka lupa bahwa anak tidak selamanya menjadi seperti orangtuanya, tetapi
mungkin mereka menyerupai nenek moyangnya.
Mengabaikan perbedaan-perbedaan
yang ada pada diri anak akan merusak masa depan mereka, karena api
kecenderungan dan kepandaian mereka padam. Pengabaian perbedaan terkadang
membuat anak kabur dari sekolah karena celaan guru dan teman-teman. Mereka dicela
setelah mereka kalah dalam lomba paksaan guru pada bidang yang tidak mereka
sukai. Padahal, dengan tidak memaksa, si anak mungkin saja dapat tertarik dan
tergerak untuk ikut berlomba setelah melihat teman-temannya.
Bersahabatlah Dengan Anak!
Berikut beberapa poin yang perlu kita cermati sebagai orangtua bila ingin memupuk persahabatan dengan anak:
1. Kita tidak akan bisa bersahabat
dengan anak kecuali kita bisa melihat dunia dengan pandangan mata mereka.
2. Anak kecil cenderung mengikuti
kemauan diri sendiri dan ia tidak mau bersahabat dengan orang yang berbuat
buruk terhadap dirinya. Sedangkan kita cenderung untuk mengabaikan dorongan
jiwa anak. Seringkali kita menyamakan anak dengan orang dewasa.
3. Kita tidak akan dapat memperoleh
kasih sayang anak jika kita tidak memberi kepercayaan terhadap bakat-bakatnya
yang tinggi.
4. Pendidikan anak tidak mungkin benar
dan berhasil tanpa mempelajari dan memahami apa yang ada dalam jiwanya
5. Bersahabat dengan anak itu mudah,
jika kita memahami rahasia-rahasia insting dan minat anak. Bersahabat dengan
anak menjadi amat sulit bagi orang yang mengharapkan anak berfikir dengan akal
orang dewasa. Kembalilah pada masa kanak-kanak, ketika berinteraksi dengan
anak-anak dan untuk meraih hatinya.
6. Anak-anak pada umumnya, bahkan
yang paling bandel dalam pelajaran sekalipun, akan bersemangat dan aktif dalam
bermain atau aktivitas mengasyikkan lainnya. Karena itu, kita harus mengenali
watak-watak mereka. Jika seorang anak bermasalah di semua aktivitas, anak
tersebut lemah kemauan dan memerlukan terapi. Jika ada aktivitas atau pekerjaan
yang menarik dan mengasyikkannya, perhatikanlah perkembangan minat khusus ini
untuk kemudian diupayakan pengembangan perhatiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar