Rabu, 30 Januari 2013

BELAJAR SOSIAL (BANDURA THEORY) By: 3us


Bandura berpendapat (dalam Prihanto, 1994) bahwa manusia berbeda dengan binatang. Manusia dapat berfikir atau mempunyai tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi dibandingkan binatang. Seperti pendapat para tokoh behaviorisme lainnya, Bandura sependapat bahwa faktor lingkungan sangat penting dalam pembentukan perilaku maupun kepribadian individu. Bandura juga sependapat bahwa konsekuensi atau akibat dari perilaku akan mempengaruhi pembentukan perilaku. Akibat yang menyenangkan akan menyebabkan diulanginya perilaku tertentu yang menyebabkan akibat itu, sebaliknya akibat yang tidak menyenangkan akan menyebabkan dihentikannya perilaku tersebut. Namun, Bandura berpendapat agak lain tentang cara diperolehnya perilaku tersebut. Dalam teori–teori Pavlov, Thorndike, Watson ataupun Skinner disebutkan bahwa manusia harus mencoba dahulu sampai ditemukan perilaku yang tepat. Sedangkan menurut Bandura tidaklah demikian.
            Bagi Bandura, kelebihan manusia dalam kemampuan berfikir dan membayangkan ke depan, menyebabkan manusia tidak harus melakukannya sendiri. Ia tidak harus mencoba–coba sendiri tentang perilaku yang tepat. Ia bisa berfikir jangka panjang ke depan. Manusia bisa belajar dari pengalaman orang lain. Jika ia berbuat hal yang sama dengan perilaku orang lain, maka ia akan memperoleh hasil atau akibat dari perilaku yang sama. Sehingga, manusia cukup meniru. Karena itu teori Bandura sering disebut dengan istlah Modelling Theory atau belajar model.
            Belajar model didefinisikan Bandura sebagai proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Sinonim dengan belajar model ini adalah imitasi, identifikasi dan belajar melalui observasi. Belajar model merupakan bentuk belajar yang kompleks. Menurut “Teori Sosial Mengenai Belajar” (Social learning theory), maka suatu tingkah laku dapat dipelajari dengan hanya “melihat” saja (Bandura dan Walters dalam Monks dkk., 2001).


Menurut Bandura kebanyakan tingkah laku orang terjadi karena pengamatan atau belajar model. Model yang ditiru bukan hanya orang–orang yang konkrit ada, melainkan juga model–model simbolis misalnya yang dilihat pada TV atau yang dibaca dalam buku. Suatu bentuk lain belajar model yang simbolis adalah instruksi verbal. Misalnya instruksi pengendara mobil mengajarkan tingkah laku apa yang perlu dilaksanakan pada waktu mengendarai mobil, hal ini biasanya disertai dengan demonstrasi tingkah laku.
Teori belajar Bandura lebih mengajukan peranan faktor–faktor kognitif daripada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku observer (anak) berubah sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model (seperti orangtua, guru, saudara, teman, pahlawan, dan bintang film). Hal sangat penting dari modelling adalah mencontoh tingkah laku yang diobservasi atau mengabstraksinya dalam bentuk yang umum. Bandura meyakini bahwa belajar melalui observasi (observational learning) atau modelling itu melibatkan empat proses yaitu sebagai berikut:
1. Attentional, yaitu proses dimana observer atau anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku atau penampilan model (orang yang diimitasi).
2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya anak untuk memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik penampilan fisiknya, mental, dan tingkah lakunya ke dalam memori.
3. Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi ini bisa berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi tingkah laku model.
4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model yang diimitasi oleh anak. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya,yaitu “reinforcement” (penguatan) atau “punishment” (hukuman), apakah terhadap model atau langsung pada anak.
Motivasi yang berupa penguatan pada tahap 4 diatas, biasanya dikarenakan terdapatnya hadiah (reward) yang terdiri dari instrinsik reward dan ekstrinsik reward. Intrinsik reward adalah hadiah yang berasal dari diri sendiri, misalnya; memuji diri sendiri, memberi hadiah pada diri sendiri. Hadiah dari diri sendiri untuk diri sendiri diperoleh setelah individu melakukan evaluasi diri. Sedangkan ekstrinsik reward adalah hadiah yang berasal dari luar diri, berupa berbagai kesenangan yang diperoleh dari orang lain atau lingkungan. Keempat komponen belajar ini merupakan persyaratan bagi timbulnya tingkah laku baru atau berubahnya tingkah laku yang lama. Komponen–komponen tersebut dapat dibedakan, namun pada prakteknya sering berhubungan satu sama lain.
Mengenai pertanyaan orang mana yang dapat dipilih sebagai model, tidak dapat ditentukan secara jelas. Untuk dapat menjadi model, kasih sayang dan kehangatan bukan merupakan unsur–unsur yang menentukan. Juga tidak harus ada interaksi langsung dengan modelnya. Yang penting ialah bahwa tindakan–tindakan model tersebut harus dapat berhasil dan bahwa antara model dan anak harus ada sesuatu persamaan tertentu.
            Pada teori belajar Bandura inipun dikemukakan tentang konsep Self Regulation. Yaitu suatu pemahaman bahwa individu memiliki kemampuan mandiri untuk melatih beberapa pengaruh dari perilakunya dengan menyusun lingkungannya, menciptakan dorongan kognitif dan memproduksi konsekuensi atas aksi–aksi mereka sendiri.
            Selain itu pada teori belajar Bandura juga disinggung mengenai konsep Self Efficacy (perasaan mampu), yaitu keyakinan akan kemampuan untuk dapat mengatasi situasi–situasi yang sulit dan menciptakan hasil–hasil yang diinginkan. Orang dengan self efficacy nya tinggi akan memiliki daya tahan yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan dan masalah–masalah untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Sedangkan orang dengan self efficacy yang rendah mudah menjadi putus asa bila menghadapi tantangan atau masalah sewaktu berusaha mencapai hasil yang diinginkan (dalam Prihanto, 1994).
Menurut Bandura terdapat 4 sumber terbentuknya dan peningkatan self efficacy ini, yaitu sebagai berikut (dalam Hall&Lindzey, 1993) : a) Performance accomplishment, merupakan metode yang paling efektif untuk dilakukan. Yaitu dengan menimbulkan prestasi–prestasi yang berhasil dalam situasi nyata, bukan dalam suatu penggambaran simbolik tentang situasi tersebut. Dengan memberi individu kesempatan untuk mengalami keberhasilan secara berulang–ulang, maka harapan–harapan kemampuan yang kuat akan berkembang, khususnya jka individu dapat mengatribusikan keberhasilan itu pada usaha–usahanya sendiri, bukan karena campur tangan pihak luar. b) Vicarious experiences, yaitu pengalaman–pengalaman melalui orang lain yang tersimpan dalam pikiran. Seperti mengamati seorang model yang berhasil melakukan suatu kegiatan yang ditakuti. Hal ini dapat memberi individu–individu kesempatan untuk memperoleh harapan–harapan yang lebih realistik tentang hasil dari respon–respon mereka dan membuat mereka yakin bahwa jika mereka berusaha maka mereka juga akan mampu mengembangkan tingkah laku untuk menanggulangi aneka situasi secara efektif. c) Verbal persuasion, yaitu pengaruh secara verbal (kata–kata) dari orang lain. Seperti: usulan, nasihat, peringatan, persuasi terhadap diri sendiri, menjelaskan hal yang tidak menyenangkan pada hal–hal yang masuk akal (berfikir positif) d) Emotional arousal, yaitu pengontrolan emosi untuk menghilangkan emosi–emosi yang negatif. Seperti: relaksasi, membayangkan hal–hal yang tidak menyenangkan sebelum benar–benar terjadi, kemudian melatih cara–cara mengatasinya.

Peace, 3us ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar