Bandura
berpendapat (dalam Prihanto, 1994) bahwa manusia berbeda dengan binatang. Manusia dapat berfikir atau mempunyai
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi dibandingkan binatang. Seperti
pendapat para tokoh behaviorisme lainnya, Bandura sependapat bahwa faktor
lingkungan sangat penting dalam pembentukan perilaku maupun kepribadian
individu. Bandura juga sependapat bahwa konsekuensi atau akibat dari perilaku
akan mempengaruhi pembentukan perilaku. Akibat yang menyenangkan akan
menyebabkan diulanginya perilaku tertentu yang menyebabkan akibat itu,
sebaliknya akibat yang tidak menyenangkan akan menyebabkan dihentikannya
perilaku tersebut. Namun, Bandura berpendapat agak lain tentang cara
diperolehnya perilaku tersebut. Dalam teori–teori Pavlov, Thorndike, Watson
ataupun Skinner disebutkan bahwa manusia harus mencoba dahulu sampai ditemukan
perilaku yang tepat. Sedangkan menurut Bandura tidaklah demikian.
Bagi Bandura, kelebihan manusia
dalam kemampuan berfikir dan membayangkan ke depan, menyebabkan manusia tidak
harus melakukannya sendiri. Ia tidak harus mencoba–coba sendiri tentang
perilaku yang tepat. Ia bisa berfikir jangka panjang ke depan. Manusia bisa
belajar dari pengalaman orang lain. Jika ia berbuat hal yang sama dengan
perilaku orang lain, maka ia akan memperoleh hasil atau akibat dari perilaku
yang sama. Sehingga, manusia cukup meniru. Karena itu teori Bandura sering
disebut dengan istlah Modelling Theory
atau belajar model.
Belajar model didefinisikan Bandura
sebagai proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara
sadar atau tidak. Sinonim dengan belajar model ini adalah imitasi, identifikasi
dan belajar melalui observasi. Belajar model merupakan bentuk belajar yang
kompleks. Menurut “Teori Sosial Mengenai Belajar” (Social learning theory), maka suatu tingkah laku dapat dipelajari
dengan hanya “melihat” saja (Bandura dan Walters dalam Monks dkk., 2001).
Menurut
Bandura kebanyakan tingkah laku orang terjadi karena pengamatan atau belajar
model. Model yang ditiru bukan hanya orang–orang yang konkrit ada, melainkan
juga model–model simbolis misalnya yang dilihat pada TV atau yang dibaca dalam
buku. Suatu bentuk lain belajar model yang simbolis adalah instruksi verbal.
Misalnya instruksi pengendara mobil mengajarkan tingkah laku apa yang perlu
dilaksanakan pada waktu mengendarai mobil, hal ini biasanya disertai dengan
demonstrasi tingkah laku.
Teori
belajar Bandura lebih mengajukan peranan faktor–faktor kognitif daripada
analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional
terjadi ketika tingkah laku observer (anak) berubah sebagai hasil dari
pandangannya terhadap tingkah laku seorang model (seperti orangtua, guru,
saudara, teman, pahlawan, dan bintang film). Hal sangat penting dari modelling adalah mencontoh tingkah laku
yang diobservasi atau mengabstraksinya dalam bentuk yang umum. Bandura meyakini
bahwa belajar melalui observasi (observational
learning) atau modelling itu
melibatkan empat proses yaitu sebagai berikut:
1. Attentional, yaitu proses dimana
observer atau anak menaruh perhatian terhadap tingkah laku atau penampilan
model (orang yang diimitasi).
2. Retention, yaitu proses yang merujuk
pada upaya anak untuk memasukkan informasi tentang model, seperti karakteristik
penampilan fisiknya, mental, dan tingkah lakunya ke dalam memori.
3. Production, yaitu proses mengontrol
tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan
mereproduksi ini bisa berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan
mengidentifikasi tingkah laku model.
4. Motivational, yaitu proses pemilihan
tingkah laku model yang diimitasi oleh anak. Dalam proses ini terdapat faktor
penting yang mempengaruhinya,yaitu “reinforcement”
(penguatan) atau “punishment”
(hukuman), apakah terhadap model atau langsung pada anak.
Motivasi
yang berupa penguatan pada tahap 4 diatas, biasanya dikarenakan terdapatnya
hadiah (reward) yang terdiri dari instrinsik reward dan ekstrinsik reward. Intrinsik reward adalah hadiah yang berasal dari diri sendiri,
misalnya; memuji diri sendiri, memberi hadiah pada diri sendiri. Hadiah dari
diri sendiri untuk diri sendiri diperoleh setelah individu melakukan evaluasi
diri. Sedangkan ekstrinsik reward
adalah hadiah yang berasal dari luar diri, berupa berbagai kesenangan yang
diperoleh dari orang lain atau lingkungan. Keempat komponen belajar ini
merupakan persyaratan bagi timbulnya tingkah laku baru atau berubahnya tingkah
laku yang lama. Komponen–komponen tersebut dapat dibedakan, namun pada
prakteknya sering berhubungan satu sama lain.
Mengenai
pertanyaan orang mana yang dapat dipilih sebagai model, tidak dapat ditentukan
secara jelas. Untuk dapat menjadi model, kasih sayang dan kehangatan bukan
merupakan unsur–unsur yang menentukan. Juga tidak harus ada interaksi langsung
dengan modelnya. Yang penting ialah bahwa tindakan–tindakan model tersebut
harus dapat berhasil dan bahwa antara model dan anak harus ada sesuatu
persamaan tertentu.
Pada
teori belajar Bandura inipun dikemukakan tentang konsep Self Regulation. Yaitu suatu pemahaman bahwa individu memiliki
kemampuan mandiri untuk melatih beberapa pengaruh dari perilakunya dengan
menyusun lingkungannya, menciptakan dorongan kognitif dan memproduksi
konsekuensi atas aksi–aksi mereka sendiri.
Selain itu pada teori belajar
Bandura juga disinggung mengenai konsep Self
Efficacy (perasaan mampu), yaitu keyakinan akan kemampuan untuk dapat
mengatasi situasi–situasi yang sulit dan menciptakan hasil–hasil yang
diinginkan. Orang dengan self efficacy
nya tinggi akan memiliki daya tahan yang lebih tangguh dalam menghadapi
tantangan dan masalah–masalah untuk mencapai hasil yang diharapkannya.
Sedangkan orang dengan self efficacy
yang rendah mudah menjadi putus asa bila menghadapi tantangan atau masalah
sewaktu berusaha mencapai hasil yang diinginkan (dalam Prihanto, 1994).
Menurut
Bandura terdapat 4 sumber terbentuknya dan peningkatan self efficacy ini, yaitu sebagai berikut (dalam Hall&Lindzey,
1993) : a) Performance accomplishment,
merupakan metode yang paling efektif untuk dilakukan. Yaitu dengan menimbulkan
prestasi–prestasi yang berhasil dalam situasi nyata, bukan dalam suatu
penggambaran simbolik tentang situasi tersebut. Dengan memberi individu kesempatan
untuk mengalami keberhasilan secara berulang–ulang, maka harapan–harapan
kemampuan yang kuat akan berkembang, khususnya jka individu dapat
mengatribusikan keberhasilan itu pada usaha–usahanya sendiri, bukan karena
campur tangan pihak luar. b) Vicarious
experiences, yaitu pengalaman–pengalaman melalui orang lain yang tersimpan
dalam pikiran. Seperti mengamati seorang model yang berhasil melakukan suatu
kegiatan yang ditakuti. Hal ini dapat memberi individu–individu kesempatan
untuk memperoleh harapan–harapan yang lebih realistik tentang hasil dari
respon–respon mereka dan membuat mereka yakin bahwa jika mereka berusaha maka
mereka juga akan mampu mengembangkan tingkah laku untuk menanggulangi aneka
situasi secara efektif. c) Verbal
persuasion, yaitu pengaruh secara verbal (kata–kata) dari orang lain.
Seperti: usulan, nasihat, peringatan, persuasi terhadap diri sendiri,
menjelaskan hal yang tidak menyenangkan pada hal–hal yang masuk akal (berfikir
positif) d) Emotional arousal, yaitu
pengontrolan emosi untuk menghilangkan emosi–emosi yang negatif. Seperti:
relaksasi, membayangkan hal–hal yang tidak menyenangkan sebelum benar–benar
terjadi, kemudian melatih cara–cara mengatasinya.
Peace, 3us ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar