Berdasarkan analisis hasil Konsultasi
Anak terhadap Kekerasan Tingkat Nasional yang dilakukan pada tahun 2005 (dalam
Adiningsih, 2006), didapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya. Beberapa faktor penyebab
tersebut terangkum dalam 4 (empat) aspek, yaitu aspek dari dalam diri murid,
aspek dari dalam diri guru, aspek dari sistem pendidikan, serta aspek kultur
masyarakat. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Dari dalam diri murid
Murid kurang disiplin, murid kurang sopan, murid meremehkan guru, tidak
mentaati peraturan, tidak mengerjakan PR, tidak mengikuti pelajaran, pulang
sebelum bel berbunyi, berkelahi, melanggar peraturan sekolah, mengganggu dan
mengejek, ribut di kelas, terlambat datang, melanggar tata tertib sekolah,
mengganggu teman saat proses belajar menagajar berlangsung,
menghilangkan/merusak barang, memanjat pagar, melempar kaca tanpa sengaja,
merokok, lupa bawa buku gambar, mengganggu teman, dan mencontek.
- Dari dalam diri guru
- Kekerasan dilakukan guru terhadap muridnya
sebagai alat pendisiplinan instan, sehingga anak dapat berperilaku sesuai
dengan harapan guru
- Ketidaklayakan guru dalam mengajar dan
mendidik dikarenakan intelektualitas guru yang rendah namun dipaksa untuk
mengejar target kurikulum
- Ketidakmampuan guru dalam mengelola emosi
negatif akibat pergulatan hidup yang berat sebagai dampak dari kurangnya
perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru. Hal ini menyebabkan
guru mengalami stres saat mengajar di kelas, sehingga menunjukkan perilaku
kasar ketika mengajar
- Kepribadian authoritarian dari guru.
- Dari sistem pendidikan
Terdapatnya
relasi kuasa yang tidak seimbang antara guru dengan murid, yang bersumber dari
kebijakan dan sistem pendidikan yang menganut ideologi dan kultur hierarkis.
Sehingga memunculkan paham, ‘siapa yang struktur hierarkisnya lebih tinggi,
dialah yang kuat, sebaliknya siapa yang struktur hierarkisnya lebih rendah,
dialah yang lebih lemah. Dalam hal ini struktur hierarkis guru ada di atas
murid, sehingga hal ini menimbulkan ketidaksetaraan relasi dan paham kekuasaan
yang lebih dari guru terhadap muridnya. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan
guru terhadap murid merupakan manifestasi dari konteks kekuasaan guru terhadap
murid, yang dimaksudkan agar murid merasa takut dan tunduk pada kemauan dan
aturan yang dibuat oleh guru sebagai pihak yang lebih berkuasa.
- Dari kultur masyarakat
Kekerasan yang
dilakukan oleh guru terhadap muridnya seringkali dibenarkan oleh masyarakat
bahkan orangtua dari murid karena tindak kekerasan tersebut dianggap merupakan
bagian dari proses mendidik anak.
Peace, 3us ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar