1. Insting adalah kecenderungan
fitrah yang mendorong manusia untuk melakukan hal tertentu tanpa didahului
pengetahuan atau latihan. Insting banyak macamnya, antara lain, insting takut,
insting ingin tahu, insting keibuan atau kebapakan, insting reproduksi, insting
bongkar pasang, insting mencari dan menyimpan, insting menguasai, dan insting
mencintai.
2. Insting mungkin bisa diubah
dengan cara mematikannya. Misalnya melarang anak untuk lari dari hal-hal yang
menakutkan di depannya dengan paksaan dan ancaman. Namun upaya ini menyebabkan
bahaya dan penyakit syaraf.
3. Apabila kekerasan dipergunakan
untuk mengendalikan insting dan kecenderungan anak, bukan dengan metode yang
lemah lembut, maka kekerasan akan merasuk ke dalam akal batin dan tetap
bercokol tanpa disadari. Kekerasan itu akan tetap hidup disana dan bekerja
dengan sembunyi-sembunyi mendorong dan mengarahkan perilaku anak. Kadang-kadang
kekerasan itu mencari celah untuk keluar, namun dihadang oleh kekuasaan
pendidik dan rasa takut anak akan hukuman. Kekerasan akan terus memaksa untuk
muncul sehingga akan terjadi pergulatan batin yang sengit. Akhirnya syaraf berguncang dan tidur anak pun
penuh mimpi-mimpi buruk. Lewat mimpi-mimpi seseorang,kita dapat mengetahui
insting, kecenderungan hasrat, dan kegundahan dalam hidup.
Berikut adalah beberapa macam insting yang dimiliki oleh anak beserta poin-poin penjelasannya:
A. Insting Ingin Tahu
1. Buatlah anakmu penuh perhatian
terhadap kejadian-kejadian alam, ia akan menjadi anak yang selalu ingin tahu.
Apabila engkau ingin memberikan nutrisi pada insting ingin tahu, jangan
cepat-cepat membuatnya merasa kenyang. Letakkanlah permasalahan di hadapannya
dan biarkanlah dia menyelesaikannya sendiri. Dengan demikian ia akan belajar
menemukan sendiri jawaban dan tidak di suapi.
2. Banyak orangtua yang mencela
pertanyaan anaknya dan menggerutu atas pertanyaan-pertanyaan anak. Inilah yang
akan mematikan insting ingin tahu ini!
3. Ada beberapa sebab yang membuat
insting ingin tahu terpendam/padam/mati. Pertama, sikap pendidik yang tidak
suka anak sering bertanya. Kedua, lingkungan yang sama sekali tidak mendorong
anak untuk bertanya. Inilah yang terjadi di rumah-rumah dan sekolah-sekolah
kita. Di sana tidak ada yang menarik rasa ingin tahu anak. Akibat hal ini
adalah matinya hasrat ilmiah dan tersebarnya kebodohan.
4. Salah satu sebab yang memadamkan
insting ingin tahu pada diri anak adalah buruknya cara guru mengajar. Si guru
tidak memberi anak kesempatan untuk bertanya atau emosi-nya cepat meledak hanya
karena pertanyaan anak tentang sesuatu. Keadaan ini membuat anak jenuh dan
enggan bertanya lagi.
B. Insting Bongkar Pasang
1. Insting bongkar pasang adalah
insting yang mendorong anak untuk membongkar, meneliti dan memecah mainannya
untuk melihat apa yang ada di dalamnya dan bagaimana susunan mainan itu,
kemudian berusaha untuk memasang dan menyusunnya kembali. Insting ini adalah
salah satu tema utama dalam studi ilmiah.
2. Orangtua dan guru hendaknya tidak
menghalangi anak membongkar alat-alat mainnya. Jangan takut anak akan jadi
perusak! Sebaiknya kita sediakan mainan-mainan yang murah, balok-balok, dan
mainan lain yang dapat di bongkar-pasang untuk memuaskan insting anak, sehingga
ia tidak mengganggu dan merusak perabot rumah (serta untuk mengurangi kerugian
materi).
C. Insting Bersaing
1. Insting bersaing adalah insting
yang mendorong anak untuk mencapai tingkat yang mengagumkan dan menjadi yang
terbaik. Insting bersaing adalah insting yang mulia. Sama sekali berbeda dengan
iri dan dengki. Jika tidak dikelola dengan baik ia memang dapat berubah menjadi
iri dan dengki.
2. Para pendidik harus menyebarkan
jiwa persahabatan dan keikhlasan di antara anak-anak didik yang bersaing serta
membiasakan mereka untuk saling menghormati, bersyukur atas prestasi teman, dan
memberi ucapan selamat kepada yang berprestasi.
D Insting Bela Diri
1. Insting bela diri adalah dorongan
untuk membela dan melindungi diri. Insting ini akan tampak jelas pada anak yang
dimusuhi dan anak yang mainannya di ambil paksa oleh temannya. Insting ini
kadang-kadang disertai dengan pertengkaran, gerakan anggota tubuh, berteriak,
dan menangis. Insting ini biasanya juga disertai dengan kemarahan. Jika tidak
dikendalikan dengan baik, insting ini akan mengarah pada iri dengki dan
kebencian.
2. Cara menghadapi anak yang marah
adalah jangan dengan marah! Tampakkanlah ketenangan dan pengendalian diri serta
upayakanlah suasana atau sikap yang dapat meredakan kemarahan, seperti duduk,
berbaring, atau mandi. Bagaimanapun juga, jangan memaksa anak dengan kekerasan
untuk menghilangkan marahnya, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pendidik.
Itu akan membahayakan syarafnya.
3. Dalam keadaan apapun juga, jangan
menuruti tuntutan anak yang sedang marah, sehingga ia tahu bahwa tidak ada
gunanya marah-marah. Sebaiknya kritik dan nasihat disampaikan bila kemarahannya
telah reda, lalu jelaskanlah akibat-akibat buruk yang mungkin terjadi terhadap
dirinya dan orang lain. Jika ada orang yang telah kena dampak buruk dari
kemarahannya, kita dorong dia untuk meminta maaf.
E. Insting Meniru
1. Insting meniru adalah
kecenderungan fitrah dalam diri manusia yang mendorongnya untuk mencontoh
perbuatan orang-orang disekitarnya. Perbuatan yang ditiru lama-lama menjadi
kebiasaan. Jadi insting meniru juga merupakan sarana penting dalam pendidikan
dan pengajaran.
2. Kita wajib menyiapkan lingkungan
yang kondusif buat anak-anak kita dengan membuat orang-orang di sekelilingnya,
seperti kedua orangtua, saudara, dan teman, sebagai pahlawan dan panutan bagi
anak-anak. Anak akan menjadi baik jika orang-orang di sekelilingnya baik.
3. Ali bin Abu thalib r.a
mengatakan, “Barangsiapa mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin manusia,
hendaklah ia didik dirinya sendiri sebelum mendidik orang lain dan ia didik
tingkah lakunya sebelum mendidik lisannya.
4. Umar bin Utbah berpesan pada guru
anak-anaknya, “Engkau hendaknya memperbaiki dirimu sendiri sebelum memperbaiki
anak-anakku. Kebaikan di mata mereka adalah apa yang engkau perbuat dan
keburukan di mata mereka adalah apa yang engkau tinggalkan.
5. Sesuatu yang bergelora dalam diri
para pendidik, dalam hal ini perasaan-perasaan mulia, sangat dibutuhkan oleh
anak untuk dapat ia rasakan, kemudian ia tiru, misalnya semangat berusaha,
membela kebenaran, dan empati dengan kesulitan orang lain. Karena itu alangkah
baiknya kita kendalikan emosi kita di hadapan anak, agar jiwanya tetap lurus
dan sarafnya tetap sehat. Kita juga harus memilih guru yang berkarakter bagus,
bukan guru yang pemurung, pesimis, suka berprasangka buruk, apalagi guru pemarah.
Yang kita butuhkan adalah guru yang penuh semangat, murah senyum, ramah, ceria
dan kreatif.
Peace, 3us ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar