Rabu, 30 Januari 2013

INSTING PADA ANAK By 3us


Berikut adalah beberapa poin untuk membantu pemahaman kita sebagai orangtua tentang INSTING yang dimiliki oleh ANAK - anak kita:


1. Insting adalah kecenderungan fitrah yang mendorong manusia untuk melakukan hal tertentu tanpa didahului pengetahuan atau latihan. Insting banyak macamnya, antara lain, insting takut, insting ingin tahu, insting keibuan atau kebapakan, insting reproduksi, insting bongkar pasang, insting mencari dan menyimpan, insting menguasai, dan insting mencintai.
2. Insting mungkin bisa diubah dengan cara mematikannya. Misalnya melarang anak untuk lari dari hal-hal yang menakutkan di depannya dengan paksaan dan ancaman. Namun upaya ini menyebabkan bahaya dan penyakit syaraf.
3. Apabila kekerasan dipergunakan untuk mengendalikan insting dan kecenderungan anak, bukan dengan metode yang lemah lembut, maka kekerasan akan merasuk ke dalam akal batin dan tetap bercokol tanpa disadari. Kekerasan itu akan tetap hidup disana dan bekerja dengan sembunyi-sembunyi mendorong dan mengarahkan perilaku anak. Kadang-kadang kekerasan itu mencari celah untuk keluar, namun dihadang oleh kekuasaan pendidik dan rasa takut anak akan hukuman. Kekerasan akan terus memaksa untuk muncul sehingga akan terjadi pergulatan batin yang sengit.  Akhirnya syaraf berguncang dan tidur anak pun penuh mimpi-mimpi buruk. Lewat mimpi-mimpi seseorang,kita dapat mengetahui insting, kecenderungan hasrat, dan kegundahan dalam hidup.

Berikut adalah beberapa macam insting yang dimiliki oleh anak beserta poin-poin penjelasannya:

A. Insting Ingin Tahu
1. Buatlah anakmu penuh perhatian terhadap kejadian-kejadian alam, ia akan menjadi anak yang selalu ingin tahu. Apabila engkau ingin memberikan nutrisi pada insting ingin tahu, jangan cepat-cepat membuatnya merasa kenyang. Letakkanlah permasalahan di hadapannya dan biarkanlah dia menyelesaikannya sendiri. Dengan demikian ia akan belajar menemukan sendiri jawaban dan tidak di suapi.
2. Banyak orangtua yang mencela pertanyaan anaknya dan menggerutu atas pertanyaan-pertanyaan anak. Inilah yang akan mematikan insting ingin tahu ini!
3. Ada beberapa sebab yang membuat insting ingin tahu terpendam/padam/mati. Pertama, sikap pendidik yang tidak suka anak sering bertanya. Kedua, lingkungan yang sama sekali tidak mendorong anak untuk bertanya. Inilah yang terjadi di rumah-rumah dan sekolah-sekolah kita. Di sana tidak ada yang menarik rasa ingin tahu anak. Akibat hal ini adalah matinya hasrat ilmiah dan tersebarnya kebodohan.
4. Salah satu sebab yang memadamkan insting ingin tahu pada diri anak adalah buruknya cara guru mengajar. Si guru tidak memberi anak kesempatan untuk bertanya atau emosi-nya cepat meledak hanya karena pertanyaan anak tentang sesuatu. Keadaan ini membuat anak jenuh dan enggan bertanya lagi.

B. Insting Bongkar Pasang
1. Insting bongkar pasang adalah insting yang mendorong anak untuk membongkar, meneliti dan memecah mainannya untuk melihat apa yang ada di dalamnya dan bagaimana susunan mainan itu, kemudian berusaha untuk memasang dan menyusunnya kembali. Insting ini adalah salah satu tema utama dalam studi ilmiah.
2. Orangtua dan guru hendaknya tidak menghalangi anak membongkar alat-alat mainnya. Jangan takut anak akan jadi perusak! Sebaiknya kita sediakan mainan-mainan yang murah, balok-balok, dan mainan lain yang dapat di bongkar-pasang untuk memuaskan insting anak, sehingga ia tidak mengganggu dan merusak perabot rumah (serta untuk mengurangi kerugian materi).

C. Insting Bersaing
1. Insting bersaing adalah insting yang mendorong anak untuk mencapai tingkat yang mengagumkan dan menjadi yang terbaik. Insting bersaing adalah insting yang mulia. Sama sekali berbeda dengan iri dan dengki. Jika tidak dikelola dengan baik ia memang dapat berubah menjadi iri dan dengki.
2. Para pendidik harus menyebarkan jiwa persahabatan dan keikhlasan di antara anak-anak didik yang bersaing serta membiasakan mereka untuk saling menghormati, bersyukur atas prestasi teman, dan memberi ucapan selamat kepada yang berprestasi.

D Insting Bela Diri
1. Insting bela diri adalah dorongan untuk membela dan melindungi diri. Insting ini akan tampak jelas pada anak yang dimusuhi dan anak yang mainannya di ambil paksa oleh temannya. Insting ini kadang-kadang disertai dengan pertengkaran, gerakan anggota tubuh, berteriak, dan menangis. Insting ini biasanya juga disertai dengan kemarahan. Jika tidak dikendalikan dengan baik, insting ini akan mengarah pada iri dengki dan kebencian.
2. Cara menghadapi anak yang marah adalah jangan dengan marah! Tampakkanlah ketenangan dan pengendalian diri serta upayakanlah suasana atau sikap yang dapat meredakan kemarahan, seperti duduk, berbaring, atau mandi. Bagaimanapun juga, jangan memaksa anak dengan kekerasan untuk menghilangkan marahnya, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pendidik. Itu akan membahayakan syarafnya.
3. Dalam keadaan apapun juga, jangan menuruti tuntutan anak yang sedang marah, sehingga ia tahu bahwa tidak ada gunanya marah-marah. Sebaiknya kritik dan nasihat disampaikan bila kemarahannya telah reda, lalu jelaskanlah akibat-akibat buruk yang mungkin terjadi terhadap dirinya dan orang lain. Jika ada orang yang telah kena dampak buruk dari kemarahannya, kita dorong dia untuk meminta maaf.

E. Insting Meniru
1. Insting meniru adalah kecenderungan fitrah dalam diri manusia yang mendorongnya untuk mencontoh perbuatan orang-orang disekitarnya. Perbuatan yang ditiru lama-lama menjadi kebiasaan. Jadi insting meniru juga merupakan sarana penting dalam pendidikan dan pengajaran.
2. Kita wajib menyiapkan lingkungan yang kondusif buat anak-anak kita dengan membuat orang-orang di sekelilingnya, seperti kedua orangtua, saudara, dan teman, sebagai pahlawan dan panutan bagi anak-anak. Anak akan menjadi baik jika orang-orang di sekelilingnya baik.
3. Ali bin Abu thalib r.a mengatakan, “Barangsiapa mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin manusia, hendaklah ia didik dirinya sendiri sebelum mendidik orang lain dan ia didik tingkah lakunya sebelum mendidik lisannya.
4. Umar bin Utbah berpesan pada guru anak-anaknya, “Engkau hendaknya memperbaiki dirimu sendiri sebelum memperbaiki anak-anakku. Kebaikan di mata mereka adalah apa yang engkau perbuat dan keburukan di mata mereka adalah apa yang engkau tinggalkan.
5. Sesuatu yang bergelora dalam diri para pendidik, dalam hal ini perasaan-perasaan mulia, sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat ia rasakan, kemudian ia tiru, misalnya semangat berusaha, membela kebenaran, dan empati dengan kesulitan orang lain. Karena itu alangkah baiknya kita kendalikan emosi kita di hadapan anak, agar jiwanya tetap lurus dan sarafnya tetap sehat. Kita juga harus memilih guru yang berkarakter bagus, bukan guru yang pemurung, pesimis, suka berprasangka buruk, apalagi guru pemarah. Yang kita butuhkan adalah guru yang penuh semangat, murah senyum, ramah, ceria dan kreatif.

Peace, 3us ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar